Monday, November 2, 2015
Dua Alasan Kapolri Terbitkan Surat Edaran Hate Speech
Anton mengatakan, dengan kasus tersebut jangan sampai media elektronik dijadikan alat dalam memprovokasi karena akan berakibat fatal. Bahkan, beberapa bulan sebelumnya Polri telah mencopot poster-poster hujatan yang dinilai tidak pantas.
"Berawal fakta tersebut perlu upaya segera. Ini (surat edaran ujaran kebencian) hanya mengingatkan, bukan larangan," tegasnya.
Menurut Anton, media yang akan menjadi sasaran Polri untuk pemantauan bukan hanya dunia maya, akan tetapi juga ujaran-ujaran yang ada di dunia nyata seperti orasi kegiatan, spanduk, banner, ceramah, pidato keagamaan, ujaran di media cetak maupun elektronik serta pamflet.
"Semuanya kita pantau tidak hanya media sosial. Hanya ingin mengingatkan tentang berkata-kata dan berbahasa, karena kata ini cermin dari budaya. Apakah salah ada imbauan mari berbicara lebih santun, etis karena tidak ada satu komunitas, budaya, dan agama yang mengajarkan tentang kebencian," pungkasnya.
Gatot Pujo Nugroho Resmi Jadi Tersangka Korupsi Dana Bansos
Selain Gatot tersangka lainnya yang ikut terseret kasus ini ialah Kepala Badan Kesbanglinmas Provinisi Sumatera Utara, Eddy Sofyan.
Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus), Arminsyah mengatakan, penetapan dua tersangka ini berdasarkan gelar perkara yang telah dilakukan penyidik. Penetapan kedua tersangka tersebut kata dia, berdasarkan dua alat bukti permulaan yang cukup.
“Dari hasil ekspose penyidikan telah disepakati dua tersangka pertama Gubernur nonaktif Gatot Pujo Nugroho dan saudara Eddy Sofyan Kepala Badan Kesbanglinmas. Kedua orang ini kedapatan dua alat bukti. Terutama Pak Gatot tidak melakukan verifikasi terhadap penerima-penerima hibah dan juga dalam penetapan SKPD yang mengelola,” kata Armiyansyah di Kejagung, Senin (2/11/2015).
Sementara Edy lanjut Arminyansyah, telah meloloskan data-data yang sebenarnya belum lengkap antara lain keterangan-keterangan LSM yang tidak diketahui oleh desa setempat. Sementara kerugian negara akibat kasus ini ditaksir mencapai Rp2,2 miliiar.
Mensos Geram Foto Jokowi & Suku Anak Dalam Disebut Rekayasa
"Aku heran, dibilang orangnya sama, kan saya itu ngecek lapangan," kata Khofifah, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/11/2015).
Khofifah mengaku tidak mengerti ada penilaian pertemuan direkayasa hanya dengan foto yang menampilkan bagian belakang. Bahwa orang-orang dari Suku Anak Dalam yang tidak memakai baju di hutan, sama dengan orang-orang yang ada di pelataran salah satu rumah yang memakai baju lantaran ada kemiripan bentuk kepala dan rambut.
Padahal menurut Khofifah, seluruh warga suku anak dalam memiliki kesamaan rambut yang tumbuh lebat. "Kepala (kalau) dilihat dari belakang itu sama, saya juga kaget. Aku sampai geli, bagaimana bisa kepala dianggap sama," ujarnya.
Sekedar diketahui, salah satu foto memperlihatkan Jokowi berdialog dengan warga di rumah singgah Suku Anak Dalam. Dalam pertemuan tersebut, warga mengenakan pakaian lengkap.
Foto lainnya, memperlihatkan Jokowi berbincang dengan warga yang hanya mengenakan penutup seadanya di bagian bawah. Perbandingan kedua foto itu seolah memperlihatkan Jokowi berbincang dengan orang yang sama. (sus)
Lelucon Bom Penumpang Paksa Lion Air Batal Terbang
Seperti disitat BangkokPost, Senin (2/11/2015), seorang penumpang berusia 23 tahun, Pichit Boondaeng awalnya hanya bercanda dengan seorang pramugari, ketika tengah dibantu meletakkan barang bawaannya di kompartemen barang.
Namun Pichit sontak ‘ngeguyon’ pada sang pramugari, untuk hati-hati meletakkannya karena mungkin saja ada bom di salah satu barang bawaannya.
Menurut konfirmasi Kepala Kepolisian Don Mueang, Kolonel Polisi Surachet Bandit, pramugari itu kemudian lapor kepada pilot pesawat yang kemudian segera membatalkan penerbangan.
Semua penumpang pun diminta turun dan meninggalkan pesawat. Sementara ketika petugas keamanan menggeledah semua barang bawaan penumpang, mereka tak menemukan bom yang dimaksud Pichit.
Sedangkan dikatakan penyidik Letnan Polisi Tossaporn Dudong, Pichit ditahan dengan dakwaan melayangkan informasi palsu dan memaksa pesawat dalam keadaan darurat. Pichit terancam hukuman lima tahun penjara dan atau denda 200 ribu baht atau Rp76,7 juta.
Sunday, November 1, 2015
Jokowi Beri Perhatian Khusus terhadap Suku Anak Dalam
"Ini yang perlu dikelola lagi sehingga mereka mempunyai rumah tetap, tidak nomaden, lalu sumber pendapatan mereka harus dipikirkan, pendidikan juga harus ada yang mengajar anak-anak Suku Anak Dalam," kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi menyatakan hal tersebut usai melihat kondisi 15 rumah Suku Anak Dalam yang dulu dibangun pemerintah. Sehingga dirinya kembali menegaskan bahwa pemerintah harus memberikan perhatian karena lingkungan yang telah lama mereka tinggali telah berubah menjadi lahan sawit.
Selain itu, Presiden Jokowi menyatakan, masih banyak yang kurang dari rumah tersebut, misalnya tidak ada sumur. "Tapi sebentar lagi akan kita buatkan sumur, terus listrik. Dulu listrik sudah ada tapi tidak bisa bayar jadi diputus PLN," katanya.
Menurut Presiden Jokowi, perhatian yang diberikan terhadap Suku Anak Dalam karena mereka juga merupakan bagian dari rakyat Indonesia. "Semuanya itu rakyat kita. Semuanya saja, tidak hanya kamu yang di Jakarta," ujarnya.
Selama ini, sambungnya, berbagai upaya aksi kemanusiaan telah dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat yang terkena dampak kabut asap.
Untuk mengetahui penanganan dampak kabut asap bagi Suku Anak Dalam, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi bersama rombongan terbatas bertolak ke Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi dengan menggunakan helikopter TNI AU.
"Saya mau ketemu langsung dengan Suku Anak Dalam, karena sudah beberapa kali saya baca mereka ada kesulitan-kesulitan, baik makanan maupun permukiman," kata Jokowi.
Suku Anak Dalam adalah suku yang tinggalnya berpindah-pindah, sehingga Presiden pun sempat bertanya kepada Suku Anak Dalam yang tinggal di tenda-tenda di kebun sawit, apakah mau tinggal di rumah dan tidak nomaden lagi.
Mereka, kata Presiden Jokowi, menjawab mau, tapi dengan syarat rumahnya memiliki jarak yang agak jauh dan memiliki lahan. "Sudah nanti disiapkan, Bu Menhut sudah nyiapkan, Pak Bupati, Pak Gubernur. Nanti yang mengenai rumahnya diurus Mensos," kata Jokowi.
Sementara itu, Bupati Sarolangun H. Cek Endra di Sarolangun, berharap kedatangan presiden RI pertama dalam sejarah yang datang ke Suku Anak Dalam di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi, bisa mengubah kehidupan Suku Anak Dalam menjadi lebih sehat dan lebih baik.
Subscribe to:
Posts (Atom)