Thursday, August 11, 2016

Laporan Dari Arab Saudi

Kisah Para Juru Masak Indonesia di Tanah Suci



Makkah - Makanan yang diberikan pada jamaah haji Indonesia harus pas dengan selera dan rasa nusantara. Karena itu, didatangkan para juru masak dari Indonesia untuk memuaskan lidah para jamaah. Bagaimana kerja mereka?

Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat bersama tim pakar kuliner dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung dan tim kesehatan dari Kementerian Kesehatan meninjau tiga dapur katering penyedia makanan jamaah haji untuk di Makkah, Kamis (11/8/2016). Tim mendatangi katering Said Bawazier Trading Company (SBTC), Raghaeb dan PT REMAS. 

Sesuai dengan persyaratan dari Kementerian Agama, para penyedia katering harus memiliki juru masak dan pekerja dari Indonesia. Tujuannya, agar cita rasanya sesuai dengan lidah para jamaah yang datang dari berbagai daerah.

"Masalah rasa itu yang utama. Karena itu kita datangkan unsur juru masak harus dari Indonesia. Tahun lalu minim. Sekarang juru masak kita harus dominan," kata Arsyad.

Para juru masak ini kerjanya tidak mudah. Mereka harus menyediakan makanan bagi jamaah sehari dua kali. Total para jamaah akan mendapat makan selama 24 kali di Makkah. Menu yang harus disediakan adalah dua lauk, satu sayur, satu karbo (nasi), satu buah dan satu air mineral berukuran 660 ml. Di puncak haji, mereka bahkan harus menyediakan 5.000 porsi makanan sekali waktu makan. Semua harus disediakan pada jamaah berdasarkan waktu yang sudah ditetapkan agar tidak cepat basi.

Mukhtar (50), salah satu juru masak yang bekerja di SBTC mengatakan, tantangan bagi para juru masak Indonesia nanti adalah saat wukuf di Arafah. Dia mengatakan, dapur yang disediakan di pondokan Arafah tidak ditunjang dengan fasilitas dapur umum lainnya. Di sana, hanya boleh menggunakan tungku kayu. 

Untuk sarapan, dia harus masak sejak pukul 02.00 dinihari, lalu bisa selesai sekitar pukul 06.00 pagi. Dalam keadaan penuh tekanan, pria yang sudah bekerja di katering SBTC sejak tahun 1992 ini harus masak makanan yang enak di lidah, namun juga sehat, dalam waktu cepat.

"Kadang kita dikejar waktu, dikejar api. Tapi namanya sambil niat beribadah, ya kita semangat aja," kata Mukhtar.
Mukhtar berada di Saudi hanya 70 hari. Selebihnya, dia bekerja di Jakarta sebagai juru masak di rumah sakit. Baginya, tugas di Tanah Suci bukan hanya soal uang semata. Bisa melayani jamaah menjadi kebanggaan tersendiri.
"Saya yakin pahalanya juga kan kita dapat dari melayani jamaah. Jadi Insya Allah, semangat," imbuhnya.

Di katering Raghaeb, detikcom berjumpa dengan dua juru masak asal Indonesia, yakni Ahmad Yani dan Saiful Bahri. Saat bertemu dengan tim Daker Makkah, keduanya menceritakan pengalaman memasak bagi jamaah. Mereka berjanji, siap melayani jamaah lebih baik dari tahun lalu.
Sekadar catatan, tahun lalu jamaah haji di Makkah hanya mendapat makan satu kali sehari. Tahun ini, para jamaah mendapat dua kali makan sehari. 

"Tambahan dua kali makan ini agak berat bagi saya Pak sebenarnya. Kita kerja dua kali, tapi tak ada tambahan SDM dan gaji. Tapi Insya Allah siap memenuhi kebutuhan jamaah," kata Yani kepada Arsyad seraya menyampaikan keluhan Yani ke perwakilan pemilik katering.

Di PT REMAS, para juru masak Indonesia yang diperkerjakan di sana menjadi sorotan Arsyad. Penyebabnya, beberapa tenaga yang direkrut bukanlah berlatar belakang juru masak, melainkan para pekerja Indonesia di Saudi. Beberapa bahkan ada yang berasal dari pekerja binatu.

Tak heran, ketika mereka bekerja dan melakukan demo masak, ada beberapa yang belum paham cara memotong ayam sampai menggiling bawang. Sebagian harus diajarkan oleh para dosen dari STP Bandung. 

Arsyad memberi ultimatum pada katering tersebut agar memperbaiki kualitas para SDM. Pada tanggal pertengahan Agustus nanti, dia akan melakukan pemeriksaan kembali.

Salah satu dapur katering untuk jamaah haji:
Link Alternatif :
www.bintangcapsa.com
www.meja13.net
www.capsa168.com
- ANTI NAWALA : http://192.169.219.143/

No comments:

Post a Comment