Lezatnya Sop Kakap Murah Meriah di Jalan Pemuda Semarang
BANDARCAPSA - Bingung mau makan siang yang enak, bergizi dan murah di Semarang? Mudah, datang saja ke warung makan Sop Kakap Bu Ndut, yang berada di Jalan Pemuda Nomor 98, persisnya di sebelah kantor Bank BCA Pemuda.
Sesuai dengan namanya warung sederhana ini menyediakan sop kakap sebagai hidangan utamanya, tapi jangan dikira akan mahal karena satu porsi sop ikan kakap hanya dihargai Rp 5000, ditambah nasi Rp 3000 dan es teh manis Rp 2000.Tempatnya yang agak diapit oleh gedung-gedung besar yang membuat warung makan ini agak menyempil dan tidak terlalu terlihat dari jalan serta terlihat sangat sederhana dengan bangku panjang yang berderet-deret serta ada tempat makannya yang berada di bawah pohon dan sedikit panas.
Namun itu semua tidak mengurangi antusiasme para pelanggan untuk menikmati sop kakap ini. Kalau datang kesini pada saat jam makan siang jangan kaget, karena akan ada puluhan orang yang mengerubung untuk bisa mendapatkan satu atau dua porsi sop ikan kakap ini.
Salah satunya Arief (35), anggota Provost yang datang bersama tiga rekannya, datang dari Salatiga selalu menyempatkan menyantap sop kakap jika ada acara di Semarang.
"iya, saya selalu makan siang disini kalau ada acara di Polda, lalu setelah itu balik lagi ke Salatiga", ungkapnya.
Lanjut Arief selain harga yang murah rasa yang lezat juga membuat Arief selalu kembali kesini lagi, rasa kuahnya segar, daging ikan kakapnya juga lembut, dan tidak amis dan yang paling penting harganya disini murah, harga kaki lima rasa bintang lima.
Bu Ndut (45) begitu panggilan akrabnya mengamini bahwa memang ia
membuat kuah sop menjadi mempunyai rasa yang segar, "rasa segar kuah sop
ini memang saya beri tomat, belimbing wuluh dan asam jawa, sehingga
rasanya bisa menjadi segar".
Cerita Bu Ndut bisa membuka warung makan sop kakap ini bermula pada 30 tahun lalu saat Bu ndut dan suaminya Sofwan (50) mendapat tawaran dari suplier ikan kakap yang menawarkan kepada mereka bagian ikan kakap, lalu setelah mencoba berkali-kali hingga rasanya pas di lidah mereka, baru lah mereka berani membuka jualan sop kakap ini.
"Dulu awalnya suami saya ditawari oleh suplier ikan kakap lalu setelah itu kami mencoba berkali-kali membuat sop kakap yang pas di lidah kami dan lalu kami bagikan ke tetangga, setelah rasanya pas barulah kami membuka sop kakap ini" ujar Bu Ndut.
Dibalik rasa yang lezat sop kakap ini ada beberapa hal yang membuat cita rasa tidak berubah dari dulu hingga saat ini yaitu bahan bakar untuk memasak yang masih menggunakan kayu bakar.
Sofwan yang mengurus bagian memasak bercerita, "Saya dulu pernah punya cabang di Plamongan, memasaknya tidak menggunakan kayu tapi gas, dan menurut pelanggan saya rasanya berbeda, ada yang kurang, akhirnya saya tutup cabang plamongan itu dan sampai sekarang saya tetap menggunakan kayu sebagai bahan bakar memasak,"ujarnya.
Bu Ndut hanya menggunakan bagian dagu dari ikan kakap karena memang dari dulu ia hanya di suplai bagian dagu ikan kakap saja. Dalam sehari Bu Ndut bisa menghabiskan lebih dari 20 Kilogram dagu ikan kakap.
Dalam sekali masak beliau biasa memasak satu kilogram sehingga dalam sehari bisa memasak lebih dari 20 kali dan bisa menyiapkan lebih dari 500 porsi sop ikan kakap.
Cerita Bu Ndut bisa membuka warung makan sop kakap ini bermula pada 30 tahun lalu saat Bu ndut dan suaminya Sofwan (50) mendapat tawaran dari suplier ikan kakap yang menawarkan kepada mereka bagian ikan kakap, lalu setelah mencoba berkali-kali hingga rasanya pas di lidah mereka, baru lah mereka berani membuka jualan sop kakap ini.
"Dulu awalnya suami saya ditawari oleh suplier ikan kakap lalu setelah itu kami mencoba berkali-kali membuat sop kakap yang pas di lidah kami dan lalu kami bagikan ke tetangga, setelah rasanya pas barulah kami membuka sop kakap ini" ujar Bu Ndut.
Dibalik rasa yang lezat sop kakap ini ada beberapa hal yang membuat cita rasa tidak berubah dari dulu hingga saat ini yaitu bahan bakar untuk memasak yang masih menggunakan kayu bakar.
Sofwan yang mengurus bagian memasak bercerita, "Saya dulu pernah punya cabang di Plamongan, memasaknya tidak menggunakan kayu tapi gas, dan menurut pelanggan saya rasanya berbeda, ada yang kurang, akhirnya saya tutup cabang plamongan itu dan sampai sekarang saya tetap menggunakan kayu sebagai bahan bakar memasak,"ujarnya.
Bu Ndut hanya menggunakan bagian dagu dari ikan kakap karena memang dari dulu ia hanya di suplai bagian dagu ikan kakap saja. Dalam sehari Bu Ndut bisa menghabiskan lebih dari 20 Kilogram dagu ikan kakap.
Dalam sekali masak beliau biasa memasak satu kilogram sehingga dalam sehari bisa memasak lebih dari 20 kali dan bisa menyiapkan lebih dari 500 porsi sop ikan kakap.
"Saya hanya menggunakan bagian ikan kakap yang biasanya saya sebut dagunya. Alhamdulillah dalam sehari saya bisa menghabiskan kurang lebih 20 Kilogram dagu ikan kakap serta 25 kilogram beras" imbuhnya.
Selain sop kakap, warung makan Sop Kakap Bu Ndut juga menyediakan ada 30 macam lauk pauk pendamping sop kakap, "Selain sop kakap kami juga menyediakan 30 macam lauk atau pendamping untuk sop kakap, seperti kakap goreng, bakso, tempe, tahu, kepala ayam, ayam daging, ceker, ikan tenggiri bakar, bakwan, oseng keong, gudangan, oseng ikan teri, semur tahu, dengan kisaran harga Rp. 500 sampai Rp. 8000".
No comments:
Post a Comment